Medan,
5 Januari 2019
Para penumpang yang sedang bersiap untuk memasuki bus di PT. Putra Pelangi Perkasa (Terminal Bus Pelangi Medan)
MEDAN- Jelang akhir tahun 2019, PT. Putra Pelangi Perkasa (Terminal Bus Pelangi Medan) yang berada di Jalan Sunggal No.33 Sei Sikambing B Medan Sunggal, masih dipenuhi oleh para penumpang yang lebih memilih mudik menggunakan jasa angkutan Bus.
Adupun rute atau kota tujuan yang akan ditempuh oleh Bus dari Terminal Bus Pelangi Medan seperti ke Banda Aceh, Bireun, Kutacane, Lhokseumawe, Takengon, Pekanbaru, Padang, Palembang, Jakarta, Lampung, dan Bandung. Tercatat ada 31 bus yang berangkat ke tujuan yang berbeda-beda pada awal pergantian tahun baru ini, sehingga mereka menambah jumlah armada dari biasanya karena kepadatan penumpang yang telah mencapai 50% dari tahun sebelumnya.
“Tahun ini kebanyakan penumpang dari Medan bertujuan ke kota Banda Aceh. Kami petugas terminal menerapkan sistem jadwal pagi dan siang yang beranggotakan 6 orang disetiap jadwalnya. Dan diperkirakan 1 orang petugas bisa mengumpulkan 200 tiket yang jika dijumlahkan seluruh totalnya kurang lebih mencapai 2400 tiket/harinya dengan tujuan kota yang berbeda-beda, sehingga pihak pengelola terminal menambahkan jumlah tiket lebih dari yang biasanya,” jelas Yunita selaku petugas loket di Terminal Bus, Sabtu (5/1/2019).
Nita menambahkan, peningkatan penumpang menjelang tahun baru tidak sebanyak hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha yang bisa mencapai 80-90%, sehingga para supir bus sudah pasti berkerja lebih ekstra dan lebih fokus lagi dibandingkan hari biasanya.
Beberapa hambatan pun dirasakan para supir bus dalam perjalanan pada saat melewati kota Stabat karena adanya perbaikan jembatan, sehingga terjadinya kemacetan. “Hambatannya di kemacetan, dari Medan yang menuju daerah kota Stabat masih macet sampai sekarang karena ada perbaikan jembatan disana. Kalau bus, InsyaAllah aman karena kami selalu melakukan pemeriksaan kelayakan jalan, mesin, rem, ban, dll. Keamanan dan kenyamanan penumpang jadi prioritas utama buat kami,” jelas Faisal Aksal selaku supir di Terminal Bus, Sabtu (5/1/2019).
Tarif tiket untuk tahun baru masih seperti harga normal. Banyak penumpang yang merasa nyaman sewaktu diperjalanan dan juga merasakan kepadatan menjelang pergantian tahun ini, “Lumayan padat juga yang mengantri untuk membeli tiket di loket, apalagi di dalam bus penumpangnya pasti penuh kalau hari libur. Tetapi meskipun hari libur tahun baru, tarifnya masih normal seperti hari biasa. Tapi kalau hari Idul Fitri dan Idul Adha biasanya tarif tiket pasti lebih mahal,” kata Sri Rahmi yang bertujuan ke Lhokseumawe, Sabtu (5/1/2019).
Jika
membahas tentang musik tentunya kita sudah menjadi penikmat musik sejak dari
dulu. Contoh, ketika duduk di Sekolah Dasar (SD) kita diajari tentang
musik-musik tradisional seperti lagu Butet dari Sumatera Utara, Ayam Den Lapeh
dari Sumatera Barat, Kicir-Kicir dari Jakarta dan masih banyak lagi. Barulah
semakin beranjak dewasa semakin banyak pula jenis musik dan lagu yang di dengar
baik itu musik dari dalam ataupun luar negeri.
Dikutip
dari wikipedia.com, musik sendiri adalah suara yang disusun sedemikian
rupa sehingga mengandung irama, lagu, nada, dan keharmonisan terutama dari suara
yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkam irama. Jika dilihat dari
fungsinya musik adalah sarana hiburan untuk dinikmati namun bisa berubah
tergantung di mana musik itu dimainkan. Ada musik sebagai pengiring tari,
meningkatkan daya konsentrasi dan daya kerja otak, hingga musik bisa mengurangi
rasa stress.
Musik
memiliki beberapa jenis/aliran yaitu musik pop, jazz, rock, RnB (Rhythm and
Blues), funk, metal/hardcore, reggae, rap, electronic dimana jenis-jenis
musik itu memiliki pendengar tersendiri. Misal musik rock, metal/hardcore,
hanya sebagian orang yang menyukai aliran ini, karena alasan musik ini memiliki
alunan musik yang cukup keras tak jarang hingga memekakan telinga.
Berangkat
dari jenis musik diatas, diera millenial, khususnya di Indonesia muncul
sebuah musik yang disebut “musik indie”, dimana identik dengan alunan musik
yang sendu, lirik yang dalam dan sarat makna serta konsep video klip yang
estetik. Bermunculan pula musisi dan band indie seperti Banda Neira,
Hinda/.Feast, Fiersa Besari, Pamungkas, Danilla Riyadi, Payung Teduh, Stars and
Rabbit, Figura Renata, Mocca, Nosstress, Nadin Amizah dan lain sebagainya.
Mungkin bagi sebagian orang nama-nama musisi tersebut akan terdengar asing
karena memang pangsa pasar mereka adalah orang-orang yang katanya
“anti-mainstream” yang juga dianggap punya selera musik berbeda.
Di
Indonesia kata “indie” sering disalah artikan, terutama dalam musik. Pendengar
menganggap indie adalah suatu aliran/jenis musik. Namun, jika ditelaah lagi,
“indie” sendiri berasal dari kata independent yang berarti “bebas /
mereka / berdiri sendiri”. Maksudnya disini, seorang musisi akan menulis lirik,
memproduksi, hingga memasarkan lagu mereka secara independen (sendirian) tanpa
adanya terikat dengan label rekaman. Jadi sudah jelas, indie bukanlah sebuah
aliran musik seperti persepsi kebanyakan orang. Yang dikatakan jenis/alirannya
adalah aliran “folk”. Dalam folk (dilansir dari laman loop.co.id)
, musisi tidak terikat dan bebas mengekspresikan corak musik, tidak jarang
mereka menggabungkan beberapa musik etnik yang berbeda dalam satu lagu.
Jika
melihat lagi kebelakang, musik folk mulai ada di Indonesia sejak tahun 60-an,
pelopornya saat itu adalah Gordon Tobing. Dan musisi yang terkenal saat itu
adalah Kwarter Bintang, Trio Bimbo hingga musisi kenamaan Ebit G Ade. Ketika
zaman semakin berganti, mulai bermunculan musisi dengan aliran folk seperti
Payung Teduh dengan lagunya Resah, Stars and Rabbit dengan Man Upon
the Hill, hingga Endah n Rhesa dengan lagunya When You Love Someone.
Terlepas
dari apapun sebutannya, musik indie tetap mempunyai tempat tersendiri dihati
para pendengarnya. Lirik demi lirik yang tercipta memiliki makna yang cukup
dalam. Fiersa Besari (musisi Indie kenamaan saat ini), mengutip dari cuapannya di
twitter, menururtnya ada beberapa alasan seorang musisi lebih memilih
berkarya dengan jalan indie. Yaitu kebabasan berekspresi, karena Label besar
memiliki pakem untuk tetap mengikuti selera pasar pula menghasilkan banyak
uang, ini tidak salah, namun pakem inilah yang pada akhirnya mengekang musikus.
Maka dari itu jalur indie hadir sebagai alternatif kebebasan bereskpresi
musikus, serta semangat juang untuk terus berkarya tanpa dikekang selara pasar.
Menyinggung
sedikit lagu dan lirik, tak jarang para musikus menciptakan lirik seolah
‘menyentil’ suatu pihak. Misalnya band .Feast dalam lagu mereka “Tarian
Penghancur Raya” jika dilihat dari visual yang ada dalam video clip mereka
ingin menyampaikan kritik terhadap kabut asap yang kemarin hampir melumpuhkan Kalimantan
dan Riau. Masih dalam video klip, .Feast juga mengkritik tentang sikap
penolakan salah satu ormas terhadap gelaran Festival Gandrung Sewu di
Banyuwangi, divideo tertulis “Pada tahun 2018, Tari Gandrung dari Banyuwangi
dipermasalahkan oleh beberapa kelompok masyarakat tertentu. Ia adalah satu dari
sekian banyak warisan asli kebudayaan Indonesia yang terancam keberadaannya
karena satu dan lain hal”, dari kalimat itu .Feast mencoba mengingatkan
kembali bahwa tidak hanya lingkungan saja yang terancam eksistensinya, tetapi
juga budaya lokal, seperti tari-tarian yang menjadi ciri khas nusantara.
Dengan ini, para pecinta dan penikmat musik indie semakin pintar dalam memaknai suatu kata, bukan karena ingin terlihat “berbeda” lantas menyalahartikan sesuatu. Namun balik lagi, apapun sebutannya, fungsi musik tetaplah keindahannya untuk kita nikmati. Biarlah musikus memiliki jalan sendiri dalam mengespresikan karyanya mau itu melalui indie ataupun yang lainnya, karena pada dasarnya “seni itu bebas”. Tentunya tugas sebagai pedengar adalah mendukung serta mengapresiasi karya-karya musikus dengan membeli album asli mereka dan mendengarkannya dari platform resmi. Barulah bisa dikatakan kita penikmat yang baik dan bijaksana.
-oleh: Syiva Arziah
Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kota Madya
yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Memiliki luas wilayah
38,438 yang berjarak 80 KM dari kota Medan (Ibu Kota
Provinsi Sumatera Utara) atau hanya membutuhkan waktu 2,5 jam perjalanan.
Karena terletak pada lintas utama Sumatera menjadikan Kota Tebing Tinggi
sebagai penghubung lintas diagonal ruas Jalan Tebing Tinggi – Pematangsiantar –
Parapat, Balige hingga Siborong-borong. Orang-orang yang bermukim di Kota
Tebing Tinggi terdiri dari suku bangsa Melayu, Batak, Jawa, dan Tionghoa yang
menjadikan Kota Tebing Tinggi memiliki keunikan tersendiri.
Sepanjang perjalanan menuju Kota Tebing Tinggi akan
disuguhkan pemandangan pohon-pohon sawit serta pohon-pohon besar lainnya yang
tersusun rapi yang membuat decak kagum. Barulah, ketika sampai di gapura
“Selamat Datang Di Kota Tebing Tinggi” akan terasa hawa-hawa melayu yang khas.
Karena etnik melayu yang masih kental tak jarang
disepanjang jalan masih bisa ditemukan bagunan-bangunan khas melayu yang
berdiri kokoh atau bangunan-bangunan China kuno yang menarik dan jika ditelisik
lebih dalam memiliki makna sejarah. Selain itu, kearifan lokal melayu ini bisa
dijadikan objek wisata sekaligus menambah informasi, seperti bangunan bekas
Istana Kerajaan Padang di Jl. KF Tandean, Bulian. Istana ini masih bertahan
meskipun bukan bangunan utuh karena semakin termakan zaman pun bekas bangunan
Kerjaan Padang ini sekarang diurus oleh waris kerajaan.
Ada pula rumah melayu lama dibeberapa tempat, seperti
di daerah Bulian Ujung bekas kediaman Tengku Tokoh, yang memiliki ornamen
melayu. Di Jl. Syech Baringin, terdapat sebuah makam seorang Sufi bernama Tuan
Syech Baringin yang disegani pada masanya. Masih dilokasi yang sama, berdiri
bekas rumah kediaman Syech Baringin yang memiliki bangunan mirip Rumah Gadang
Sumatera Barat, namun sayangnya kondisi bangunan sudah sangat memprihatinkan
karena semakin tergerus usia. Selain itu terdapat makam Datu Ganjang yang
terletak di Jl. Darat yang memiliki historis berkaitan dengan Kota Tebing
Tinggi, disebut Makam Datu Ganjang karena makam tua tersebut memiki ukuran yang
tidak biasa yaitu lebih dari 7 meter, namun sayangnya objek sejarah ini luput
dari perhatian pemerintah setempat.
Menelusuri lagi objek wisata, di Kota Tebing Tinggi
memiliki tempat wisata yang wajib dikunjungi antara lain Water Park Gundaling
yang bisa dikunjungi bersama keluarga karena memiliki kolam renang dengan
ukuran kedalaman yang berbeda-beda dan sangat cocok dijadikan referensi liburan
akhir pekan. Selanjutnya, Museum Kota Tebing Tinggi yang berlokasi di
tengah-tengah kota, berisi macam-macam koleksi benda bersejarah seperti
peralatan perang zaman VOC dan zaman Jepang, radio kuno, timbangan, kerajinan
tangan dan masih banyak lagi.
Lalu ada Masjid air hangat, nama sebenarnya masjid ini
adalah Masjid Al-Hikmah, namun memiliki keunikan air yang digunakan untuk wudhu
bersuhu hangat, mengapa demikian? Menurut sejarah pada tahun 1960-an ketika
masjid ini dibangun, sumber mata air yang digunakan berasal dari sumber air
panas didalam perut bumi yang dibangun Belanda pada tahun 1928. Selain Water Park
Gundaling, referensi wisata air yang paling populer di Kota Tebing Tinggi
adalah Kolam Renang Lubuk Indah. Kolam Renang ini terletak di Jl. Gatot
Subroto. Tak hanya menyediakan 2 kolam renang, pengelola juga menyediakan kolam
pemancingan hingga spot-spot foto yang instagramable bagi pengunjung untuk
mengabadikan momen liburan.
Tidak lengkap rasanya berjalan-jalan di Kota Tebing
Tinggi kalau belum mengunjungi Masjid Agung Tebing Tinggi. Masjid Agung ini
terletak di jalan lintas Medan-Pematang Siantar menjadikan Masjid ini sebagai
tempat beribadah bagi warga sekitar bahkan pendatang. Masjid Agung Tebing
Tinggi mampu menampung hingga 3000 jamaah. Setelah diresmikan oleh Gubernur
Sumatera Utara, Bapak Edy Rahmayadi, masjid ini terus melanjutkan pembangunan hingga
sampai saat ini.
Karena julukan “Kota Lemang” tentunya membuat Kota
Tebing Tinggi menjadi tempat surganya makanan bagi pecinta kuliner. Bahkan
ketika mulai memasuki wilayah Kota Tebing Tinggi akan banyak sekali ditemukan
orang-orang yang menjajakan lemang disepanjang pinggiran jalan. Dengan bentuk
serta harga yang beragam pula. Tak hanya itu, roti kacang sebagai oleh-oleh
khas Kota Tebing Tinggi yang bisa menjadi pilihan ketika ingin membelikan untuk
sanak saudara di kampung halaman.
Ada pula beberapa lokasi yang dapat dijadikan tempat
nongkrong sekaligus wisata kulineran ketika kita berada di Kota Tebing Tinggi,
yaitu Pasar Kaget, pasar ini bukan menjual bahan-bahan pokok seperti fungsi
pasar pada umumnya melainkan menjual berbagai jenis makanan dan minuman, mulai
dari lemang, martabak, roti cane, roti jhon, cendol, es dawet, dan masih banyak
lagi. Biasanya pasar kaget ini mulai beroperasi dari jam 4 sore hingga larut
malam.
Selanjutnya ada, Lapangan Merdeka atau lebih dikenal
dengan Lapangan Sri Mersing, sebenarnya lapangan ini digunakan ketika ada event
atau hal-hal yang sifatnya mengumpulkan orang banyak, namun diseputaran luar
jalan Lapangan Sri Mersing ketika malam hari tiba, akan banyak orang-orang yang
berjualan makanan serta minuman dengan berbagai macam jenis seperti burger,
kebab, waffle, minuman-minuman kekinian serta masih banyak yang lainnya.
Uniknya, Lapangan Sri Mersing ini dijadikan anak muda sebagai tempat nongkrong
atau melakukan berbagai aktifitas, bisa terlihat pada saat malam kamis atau
malam minggu. Muda – mudi akan memadati Lapangan Sri Mersing tersebut. Tidak
hanya mengenyangkan perut namun juga bisa menambah informasi sejarah, jika
berkunjung kedalam halaman Lapangan Sri Mersing ini terdapat Tugu Peringatan 13
Desember 1945 yang merupakan tugu yang dibangun untuk mengingat jasa-jasa para
pahlawan. Dengan relief berbentuk bingkai perisai yang diapit padi dan kapas
dengan latar belakang perbukitan, dan dibawah symbol terdapat sebuah tulisan
“Esa Hilang Dua Terbilang”, yang kini menjadi motto Kota Tebing Tinggi.
Hampir sama dengan Lapangan Sri Mersing, Taman Kota
Tebing Tinggi juga merupakan lokasi surga kuliner. Penjual menjajakan makanan
dan minuman kekinian yang tidak begitu merogoh kantong. Bedanya, penjual mulai
berjualan dari siang hari dan di Taman Kota ini juga banyak orang yang
memanfaatkan untuk berjogging di pagi ataupun sore hari. Membuat tempat ini
selalu ramai setiap harinya.
Selain tempat-tempat surga kuliner diatas, disekitaran
tengah kota Tebing Tinggi terdapat banyak kafetaria yang bisa dijadikan pilihan
untuk memanjakan perut. Juga ada gerai untuk pecinta kopi, yaitu Kopi Dolok
yang terletak di pelataran halaman Ramyana Tebing Tinggi. Masih ingin yang
unik-unik? Di Kota Tebing Tinggi ada kudapan khas India yang bisa dijumpai di
restoran India yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani. Restoran ini selalu ramai
karena memang hidangan yang disajikan sangat lezat dengan harga terjangkau dan
menu yang bervariasi.
Yang tak kalah unik adalah budaya becak yang ada di
Kota Tebing Tinggi. Jika di daerah lain becak hanya dijadikan sebagai moda
transportasi, lain halnya di Kota Tebing Tinggi, di kota ini becak dijadikan
kendaraan untuk berwisata. Biasa rasanya jika ditemui becak yang didandan
sedemikan rupa dengan isi penumpang 8-10 orang, lalu mengelilingi Kota Tebing
Tinggi dimalam hari. Pasti menambah keseruan wisata.
Sejak WHO mengumumkan virus Corona (Covid-19) menjadi
pandemik global pada 12 Maret 2020 lalu keadaan dunia menjadi sangat chaos, termasuk negara Indonesia. Dengan
cepat tanggap pemerintah Indonesia mengeluarkan protokol kesehatan terkait
penanganan Covid-19, mulai dari kampanye cuci tangan pakai sabun, menjaga
kebersihan diri dan lingkungan, himbauan menjaga jarak (tidak membuat kerumunan
massa), menetapkan aturan “dirumah aja” dalam kegiatan belajar mengajar, baik
sekolah maupun perguruan tinggi, hingga membatasi aktivitas masyarakat diluar
rumah. Karena masyarakat diminta untuk karantina mandiri dirumah masing-masing
selama 14 hari demi memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Dengan ditetapkannya aturan pemerintah ini, tentu saja
mengubah kebiasaan masyarakat, yang tadinya bisa bekerja dengan lancar kini
banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena di PHK. Lalu, siswa/mahasiswa
terhambat dalam melaksanakan pendidikan karena KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
harus dilaksanakan secara online, yang mana dalam pelaksanaannya masih banyak
menemui kendala. Dan yang sangat menyedihkan adalah, banyak sanak saudara di
perantauan tidak bisa pulang ke kampung halaman mereka. Karena jika mereka
kembali ke kampung halaman ditakutkan akan membawa virus dan tidak sadar mereka
bisa menjadi carrier (pembawa virus
tanpa ada tampak gelaja).
Seperti yang terjadi di Kota Tebing
Tinggi, Sumatera Utara. Di bulan Ramadhan tahun ini terasa sangat berbeda.
Akibat covid-19 keadaan kota menjadi
agak sepi. Suasana Ramadhan pun tidak begitu terasa sebagaimana tahun-tahun
sebelumnya. Pun begitu, tidak menyurutkan antusias masyarakat untuk
melaksanakan ibadah Puasa Ramadhan kali ini.
Perubahan suasana ini tampak jelas, jika biasanya banyak
penjual takjil yang berjualan baik dikota maupun disekitar rumah-rumah warga,
pada Ramdhan kali ini hanya segelintir masyarakat saja yang berjualan. Kegiatan
ngabuburit yang biasanya sangat seru namun kali ini berbeda, ngabuburit hanya
dilakukan disekitaran rumah saja. Tapi ada juga masyarakat yang “bandel” dan
tetap ngabuburit keliling kota. Yang tidak berubah adalah sholat tarawih.
Karena Kota Tebing Tinggi masih dikategorikan zona hijau, jadi beberapa masjid
masih melaksanakan sholat tarawih seperti biasa. Namun tetap saja, ini akan
sangat membahayakan karena menciptakan kerumunan massa.
Keharuan terasa saat malam takbiran tiba. Takbir
berkumandang dengan indah namun tidak dengan kegundahan hati yang menahan rindu
akan sanak saudara. Setelah melewati puasa Ramadhan selama 30 hari, bulan
syawal pun tiba. Semuanya kembali ke fitrah. Terasa haru karena maaf-maafan
hanya bisa dilakukan melalui ponsel pintar dengan memanfaatkan aplikasi
penghubung videocall. Tidak ada berkumpul keluarga, tidak ada sungkeman. Hambar
rasanya. Tapi yang tetap ada adalah makan ketupat lontong. Walau Idul Fitri
terasa hambar namun tradisi ini tidak akan pernah pudar.
Dan pada akhirnya, kita harus tetap terus berdoa agar
Covid-19 ini segera berakhir, supaya kehidupan bisa berjalan normal lagi. Tetap
patuhi himbauan pemerintah demi kemaslahatan bersama.
Seperti yang diketahui, saat ini dunia sedang dilanda
virus mematikan, virus ini disebut dengan virus Corona (Covid-19). Virus Corona
adalah virus menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut. Pandemi
wabah ini bermula pada bulan Desember 2019 di Wuhan, China. Dan mulai sejak itu
penyebaran virus secara global terjadi keseluruh dunia termasuk di Indonesia
dan sedang dirasakan sampai detik ini.
Di Indonesia sendiri virus Corona mulai menyerang
sejak bulan Maret 2020 kemarin. Saat itu Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus
pasien 01 dan 02 telah terindikasi virus Corona. Dan setelahnya, pada 12 Maret
2020 WHO mengumumkan bahwa virus Corona menjadi wabah pandemi global.
Keadaan Indonesia sungguh chaos. Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah, mulai dari
mengeluarkan himbauan (oleh pemerintah pusat hingga daerah), mendatangkan alat
test virus Corona, pembatasan zona masuk baik dalam maupun luar negeri- dari
laut ataupun udara, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di ibukota menyusul
di daerah, menutup mall hingga tempat
ibadah, himbauan belajar serta bekerja dari rumah, dan upaya-upaya lain
dilakukan agar pandemi cepat berlalu.
Penurunan ekonomi pun tak terhindarkan. Banyak pekerja
yang di PHK sehingga menambah angka pengangguran dan kemiskinan. Sementara itu,
dunia pendidikan juga kacau balau, sekolah dan universitas dihimbau untuk
melanjutkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dari rumah melalui daring (online). Tentu saja banyak keluhan yang
terjadi selama penerapan sistem ini. Keluhan ditiadakannya kegiatan KBM secara
tatap muka hingga penerapan sistem daring yang rencananya akan memakan waktu
yang sangat lama membuat banyak guru, dosen, siswa dan mahasiswa memutar otak
agar dapat tercipta kegiatan KBM yang nyaman.
Namun disatu sisi, pemanfaatan daring ini justru
memberi warna baru dalam sistem pendidikan Indonesia yang selama ini masih
terkesan monoton. Menuntut guru dan siswa agar selalu kreatif dan inovatif
menciptakan metode-metode mengajar yang baru meskipun harus belajar dari rumah
sambil berupaya memutus rantai penyebaran virus Corona.
Memanfaatkan sistem daring berarti berbicara tentang
yang ada didalamnya, salah satunya aplikasi pendukung. Dengan adanya aplikasi
menjadikan KBM dapat berjalan dengan sangat cepat. Tetapi kurangnya adalah,
materi yang disampaikan oleh pendidik tidak tersampaikan sepenuhnya seperti
saat KBM dengan tatap muka.
Seperti yang sudah disinggung diatas, banyak keluhan
yang terjadi ketika sistem ini diterapkan. Akses jaringan yang tidak memadai
juga belum semua tenaga pendidik terampil dalam upaya pengaplikasian sistem
ini. Masih banyak problem yang terkait dengan metode pembelajaran daring ini.
Contohnya, dikutip dari www.uii.ac.id (dalam
sebuah artikel “Realita Pendidikan Indonesia di Masa Pandemi) dikatakan bahwa
pembelajaran sistem daring ini menghadirkan masalah yang berbeda-beda. Menurut
Nanik (masih dalam artikel yang sama) ia menyampaikan bahwa ada seorang guru
negeri ditempatkan di tempat yang jauh, tidak ada listrik dan hampir semua
orang tua siswa berpikir lebih baik anaknya membantu mereka bekerja dari pada
harus bersekolah. Tentu ini menjadi hal yang sangat miris, karena penerapan
sistem ini dianggap “libur panjang” padahal seharusnya teteap belajar dari
rumah. Yang seperti ini selayaknya menjadi perhatian pemerintah.
Sitem pembelajaran daring ini merupakan bentuk
implementasi dari sosial distancing
dan physical distancing yang
diterapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah guna mencegah semakin
menyebarnya virus Corona keberbagai titik. Agar semuanya dapat kembali normal
seperti semula.
Secara tidak langsung, penerapan sitem daring ini
menimbulkan dua keuntungan: Pertama, pemerintah harus bisa dan selalu
menyiapkan infrastruktur sebagai pendukung kelas online yang diperlukan. Kedua, banyak ahli yang dapat
mendedikasikan temuannya baik berupa software
aplikasi sebagai sarana pendukung sitem belajar daring ini.
Oleh karenanya, dimulai dari diri sendiri, harus mau
terus belajar agar memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan
teknologi informasi. Ada banyak aplikasi pendukung yang dapat diakses selama
penerapan kelas online ini, dan
tentunya harus mempunyai jaringan internet untuk mengaksesnya.
Aplikasi-aplikasi tersebut antara lain, WhatsApp Grup, Google Classroom, Zoom, Jitsi Meet, Ruang Guru, Line,
Instagram, Telegram, Schoology dan lain sebagainya. Dari masing-masing
aplikasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Salah
satu aplikasi yang populer digunakan oleh tenaga pendidik adalah WhatsApp Grup dan Google Classrom.
WhatsApp
grup dipilih karena praktis serta aksesnya yang cepat dan mudah. Biasanya
tenaga pendidik akan mengirimkan tugas via WhatsApp
Grup, tugas bisa berbentuk dokumen, pdf, atau lainnya yang kemudian dapat di
unduh oleh siswa/mahasiswa. Bisa juga berdiskusi via grup, mengirim materi ke
grup dan akan ditanggapi oleh peserta yang lain. Fitur lainnya yang dapat
digunakan adalah pesan suara, jadi memudahkan jika ingin memberikan penjelasan
materi yang terlampau panjang.
Selanjutnya, google
classroom. Aplikasi keluaran google
satu ini bisa digunakan oleh tenaga pendidik dengan hanya membuat golongan
kelas sesuai dengan banyaknya kelas yang diajar. Tenaga pendidik akan
memberikan tugas yang nantinya juga dapat langsung dikirim dengan cepat apabila
sudah selesai dikerjakan. Pengiriman bisa berbentuk dokumen hingga format .jpg
Dengan segala kemelut yang terjadi menimpa dunia pendidikan Indonesia sejak pandemi ini sudah sepatutnya kita mulai belajar lagi, tenaga pendidik dan yang di didik sama-sama belajar. Memanfaatkan fasilitas meski terbatas. Mulai munculkan inovasi agar ada pembaruan setiap hari. Karena mau tak mau teknologi akan semakin canggih kedepannya. Juga, semoga pandemi ini semoga segera berakhir sehigga bisa beraktiftas seperti sedia kala.
-oleh: Syiva Arziah
Dua puluh satu (21) tahun silam adalah masa-masa tersuram bagi
bangsa Indonesia, bagaimana tidak, saat itu banyak mahasiswa yang bentrok
dengan aparat kepolisian dan militer, orang-orang yang tidak bersalah juga kena
getahnya. Keadaan Indonesia sangat kacau, terutama di bidang perekonomian. Saat
itu Indonesia dilanda kriris keuangan global (krisis moneter). Mulai dari
pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan inflasi serta lambatnya pertumbuhan
perekonomian. Tak hanya itu saja, pada saat itu juga terjadi musibah nasional
yang datang secara bertubi-tubi seperti, kegagalan panen di banyak tempat
karena musim kering yang panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir,
penyebaran hama, kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan
peristiwa kerusuhan yang melanda banyak kota pada pertengahan Mei 1998.
Dikutip dari Eddy Suandi Hamid (2017), melemahnya nilai tukar
rupiah pada saat itu karena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu defisit transaksi berjalan Indonesia cenderung membesar dari
tahun ketahun, faktor eksternal yang mendorong terjadinya krisis moneter adalah
finansial di tiga kutub dunia yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang pada
paruh kedua dekade 1990-an, karena perekonomian yang dialami Jepang dan proses
ekonomi-politik penyatuan mata uang Eropa.
Kriris moneter yang terjadi ini sempat menimbulkan kecemasan di
kalangan rakyat jelata, mereka yang awam akan masalah perekonomian bangsa
beranggapan bahwa pemerintah orde baru tidak mampu mengatasi persoalan yang
sulit. Di tambah lagi utang luar negeri Indonesia yang terlalu banyak (sejak
1965) telah membuat pemerintah terlena dengan resiko yang akan ditanggung di
masa depan.
Jika melihat lagi kebelakang, tidak hanya merosotnya nilai tukar
rupiah saja yang menjadi faktor penyebab krisis moneter, ada juga; karena
Indonesia menganut sistem devisa yang terlalu bebas menjadikan
perusahaan-perusahaan besar bermain di pasar valas, juga bebasnya membuka
rekening di luar maupun dalam negeri. Valas bebas diperdagangkan di dalam
negeri sementara rupiah juga bebas diperdagangkan di pusat-pusat keuangan di
luar negeri. Lalu, penurunan tingkat depresif rupiah yang relatif rendah, ada
juga utang luar negeri milik swasta yang jangka pendek dan menengah sehingga
nilai tukar rupiah mendapat tekanan, adanya permainan di lingkaran spekulan
asing, kebijakan fiskal moneter yang tidak konsisten, juga ikutnya spekulan
domestik bermain hingga krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
sehingga banyak masyarakat yang membeli dollar Amerika Serikat agar nilai
kekayaan mereka tidak merosot dan malah menarik keuntungan dari kemerosotan
itu.
Krisis moneter yang terjadi ini disebut juga sebagai krisis
fundamental, meskipun pada saat itu fundamental ekonomi Indonesia terbilang
cukup kuat; laju inflasi terkendali, tingkat pengangguran relatif rendah,
neraca pembayaran secara keseluruhan masih surplus meskipun defisit neraca
berjalan cenderung membesar. Pun demikian, agar supaya tidak terjadi kebobrokan
fundamental, hendaknya Indonesia melakukan reformasi ekonomi yaitu dengan cara
memperbaiki fundamental ekonomi yang bertitik tolak menaikkan sistem kurs,
meciptakan politik dan keamanan, melakukan reformasi terhadapp hukum dan
birokrasi, dan melakukan pemutihan utang luar negeri.
Terkait dengan itu semua, di tahun 2020 ekonomi Indonesia terancam
kembali merosot. Bahkan diprediksi lebih parah dari tahun 1998. Resesi ekonomi
global yang menyebabkan itu semua. Seperti yang dikutip dari wikipedia.com,
resesi adalah kondisi di mana produk domestik bruto (GDP) mengalami penurunan. Adanya
penurunan simultan diseluruh aktivitas ekonomi turut menciptakan keadaan di
mana pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih. Bahkan
kebijakan UMKM dari pemerintah dinilai tidak bisa diandalkan untuk mengatasi
resesi ekonomi ini.
Menurut seorang ekonom, Indef Bhima Yudhistira, saat ini resesi sudah lebih
kompleks dibanding pada era 1998. Bahkan perang dagang tidak bisa disimpulkan
jadi penyebab utama resesi. Masih terdapat faktor lain seperti Brexit maupun
kondisi geopolitik Asia yang juga tak baik. Resesi ekonomi 2020 ini dinilai
akan kembali pulih pada 2023-2024.
UMKM sendiri saat ini sudah banyak memperdagangkan barang impor
yang diperjual belikan melalui platform digital, keadaan ini sebenarnya sangat
disayangkan mengingat resiko yang ditanggung akan lebih berat. Dan jika benar
terjadi resesi, bisa di pastikan barang-barang impor tersebut akan mengalami
kenaikan yang drastis dan UMKM berisiko gulung tikar.
Meski begitu, bisnis melalui platform digital, digadang-gadang akan
menjadi solusi untuk meminimalisir resesi, karena dengan itu, banyak sumber
daya yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja. Juga, permintaan akan bisnis
yang berbasis digital semakin tinggi. Namun sangat disayangkan kebanyakan
investor atau pebisnis digital platform ini justru datang dari orang asing.
Masih mengutip dari Bhima, menurutnya, pada waktu tertentu akan mungkin terjadi
fenomena gelembung yang sangat besar dan nantinya akan pecah. Di mana ketika tidak
ada investor baru yang akan menangani, ekonomi digital akan menjadi bencana
bagi bangsa Indonesia.
Jika di hitung, defisit anggaran hingga akhir 2019 kemungkinan
mencapai Rp305 triliun (Direktur Data Indonesia, Herry Gunawan). Kondisi yang
demikian akan membuat pemerintah untuk terus membuka peluang mencari utang
untuk menutup defisit anggaran. Dan hingga Juli 2019, total uang pemerintah
mencapai Rp 4.603 triliun, sebanyak 83% atau Rp 3.821 triliun di antaranya
dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN). Juga menurut data, dari sisi kategori
kewarganegaraan, pemegang surat utang Indonesia sebagian besar adalah non
residen (asing), yaitu sebesar 51,12%.
Dengan ini, sudah seharusnya Bank Indonesia membuat kebijakan serta mengarut interaksi antara makroekonomi dengan mikroekonomi. Kebijakan ini dibuat agar menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung kestabilan perekonomian Indonesia. Selain itu, di harapkan agar Bank Indonesia menjaga kestabilitasan sistem keuangan Indonesia dalam segala kondisi, sekarang maupun di 2020 nanti.
-oleh: Syiva Arziah
Mulai banyak kekhawatiran yang muncul akan terjadinya krisis ekonomi tahun ini. Berita buruk yang beredar di media massa maupun media sosial memaksa kami untuk membahas hal ini. Dunia terhentak. Tidak menyangka dampak wabah Covid-19 akan sebesar ini. Semua negara, termasuk negara-negara seperti Amerika, Inggris, Jerman, dan Jepang, tergagap-gagap merespons wabah Covid-19 Mereka tidak memperkirakan wabah Covid-19 akan sangat cepat menyebar ke seluruh dunia dan berdampak begitu besar terhadap perekonomian. Meskipun lambat menyadari, semua negara sepakat bila dunia sedang menyongsong sebuah krisis besar. Mereka kemudian seakan berlomba mengambil kebijakan mengantisipasi krisis.
Stimulus dikucurkan besar-besaran, hampir tak berbatas. Demikian juga dengan Indonesia. Pemerintah yang awalnya under estimate akan potensi dampak wabah Covid-19 secara bertahap mengubah pandangannya. Skenario terburuk sudah terbayang. Krisis ekonomi seperti sudah di depan mata. Bisa bertahan di zona pertumbuhan positif akan menjadi prestasi yang sangat bagus. Transmisi Krisis Seperti apa krisis yang mungkin terjadi pada tahun ini? Banyak yang meyakini krisis tahun ini akan lebih buruk dibandingkan krisis tahun 1998.
Semua orang bebas berbendapat. Tapi kondisi tahun 1998/99
dengan tahun ini jelas berbeda. Sebelum krisis 1998, Indonesia disebut-sebut
sebagai salah satu keajaiban Asia. Namun sesungguhnya perekonomian Indonesia
ketika itu sangat rapuh. Guru besar Universitas Kyoto Jepang, Yoshihara Kunio,
dalam bukunya Kapitalisme Semu di Asia Tenggara (diterbitkan oleh LP3ES pada
tahun 1990), menyimpulkan bahwa perekonomian negara Asean (termasuk Indonesia)
dibangun oleh para pemburu rente dan spekulator dengan dukungan praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme. Konglomerasi di Indonesia keropos, tidak punya
fondasi yang kokoh. Tidak heran ketika terjadi krisis, nilai tukar pada
pertengahan 1997 berguguran dan dengan cepat memicu kredit macet. Perbankan
yang pada saat itu memang lemah dalam pengaturan dan pengawasan tidak mampu
menghadapi gelombang kredit macet. Modal bank terkuras habis dan masyarakat
kehilangan kepercayaan terhadap bank. Krisis nilai tukar berganti krisis
perbankan. Pemerintah dan Bank Indonesia sama sekali tidak siap. Berbagai
kebijakan diambil secara coba-coba atas kendali IMF. Terbukti kemudian sebagian
besar kebijakan tersebut tidak tepat dan justru menjerumuskan Indonesia ke
jurang krisis ekonomi yang lebih dalam. Tekanan terhadap perekonomian Indonesia
pada 2020 ini jauh lebih besar dibandingkan tahun 1998/99. Tahun ini tantangan
kita bukan sekadar gejolak nilai tukar, melainkan pandemi Covid-19 yang
melumpuhkan hampir seluruh Negara di dunia.
Perekonomian kita, mulai dari sektor pariwisata dan turunannya seperti hotel dan restauran, transportasi darat dan laut, hingga sektor manufaktur yang sesungguhnya relatif baikbaik saja, tiba-tiba harus melambat dan kemudian berhenti beroperasi akibat dari wabah Covid-19. Berbeda dengan tahun 1998/99, tahun ini usaha mikro dan kecil menjadi sektor yang paling duluan terhempas oleh pandemi Covid-19.
Jika dulu sektor informal, termasuk ojek, menjadi wadah penampungan mereka yang terkena PHK, tahun ini mereka justru yang pertama kehilangan pekerjaan dan pendapatan. Perusahaan menengah besar sejauh ini belum terseret krisis. Tapi ditutupnya pabrik dan kantor di tengah kebijakan pembatasan sosial jelas memutus aliran masuk penerimaan perusahaan. Sementara di sisi lain, pengeluaran jalan terus. Karyawan harus digaji, cicilan pokok dan bunga utang bank harus dibayar, kewajiban pajak juga harus dipenuhi, dan biaya operasional seperti listrik dan air mau tidak mau tetap harus dilunasi. Perusahaan yang masih memiliki cadangan kas bisa bertahan dua tiga bulan. Tapi bila dibiarkan terus tanpa bantuan dari pemerintah, perusahaan pasti akan collapse dan memicu terjadinya gelombang kredit macet. Krisis perbankan akan terjadi dan memicu krisis ekonomi yang lebih besar. Berharap dari Stimulus Fiskal Berbeda dengan tahun 1998/99, sekarang kita punya infrastruktur kelembagaan yang lebih siap untuk menghindari krisis. Kita punya OJK dan LPS yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan bersama Kemenkeu dan BI, lengkap dengan protokol penanganan krisis.
Para pengambil kebijakan juga cukup tanggap menghadapi krisis. Ini dibuktikan dengan berbagai kebijakan yang sudah diambil oleh masing-masing Lembaga. Stimulus fiskal yang disiapkan Kemenkeu adalah kebijakan yang tepat. Terlepas dari nilainya yang diperkirakan masih terlalu kecil, tetapi peruntukannya sudah sesuai yang kita butuhkan untuk menghindari krisis, yaitu meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan agar bisa mempercepat penanggulangan wabah, meningkatkan jaring pengaman sosial untuk membantu masyarakat kecil yang terdampak, serta meningkatkan ketahanan dunia usaha. Stimulus fiskal untuk meningkatkan ketahanan dunia usaha akan menjadi kunci untuk menghindari krisis. Dengan bantuan pelonggaran pajak, tekanan defisit aliran kas yang dialami dunia usaha akan terkurangi. Dunia usaha juga semakin terbantu oleh kebijakan OJK yang mempermudah restrukturisasi kredit, sehingga kewajiban pembayaran cicilan pokok dan bunga kredit bisa dikurangi menyesuaikan kemampuan perusahaan. Pelonggaran restrukturisasi sekaligus juga meningkatkan ketahanan perbankan dan lembaga pembiayan dari tekanan kredit macet.
Efektivitas stimulus fiskal sangat ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan dalam eksekusi. Kita tidak punya waktu untuk berdiskusi. Ketepatan sangat mungkin dikorbankan untuk mengejar kecepatan. Masyarakat dan dunia usaha yang terdampak wabah Covid-19 tidak bisa menunggu. Di sisi lain, pembiayaan stimulus fiskal juga harus diputuskan cepat. Perpu dalam hal ini adalah antisipasi tepat dari pemerintah untuk membuka ruang pembiayaan stimulus fiskal oleh Bank Indonesia. Potensi terjadinya krisis pada tahun ini adalah nyata. Bukan karena perekonomian kita lemah dan rapuh tetapi lebih dikarenakan permasalahannya yang lebih berat dan kompleks. Meskipun potensinya besar, krisis belum terjadi dan masih bisa dihindari . tanrangan yang kita hadapi memang sangat besar dan sulit diprediksi. Tapi banyak alasan untuk tetap optimis.
Berdasarkan data Kemenaker per 20 April 2020, terdapat 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan dirumahkan dan kena PHK akibat terimbas pandemi corona ini. Adapun rinciannya, sektor formal 1.304.777 pekerja dirumahkan dari 43.690 perusahaan. Sementara yang terkena PHK mencapai 241.431 orang dari 41.236 perusahaan.
Dampak pandemi
global COVID-19 ini sangat signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pelemahan
perekonomian diproyeksikan akan terjadi selama 4-6 bulan ke depan. Bahkan bisa
jadi lebih lama, karena kita belum bisa memprediksikan kapan wabah ini bisa
teratasi dengan tuntas.
Pada fase awal
wabah ini di Indonesia, sektor pariwisata, penerbangan, perhotelan, ritel dan
restoran langsung terpukul. Dampak terhadap sektor lain, perlahan akan semakin
terasakan. Hal ini tentu akan berimbas pada nasib pekerja. Meski pun Presiden
Joko “Jokowi” Widodo telah meminta pengusaha tidak melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK), namun opsi ini dikhawatirkan masih akan ditempuh dalam menghadapi
krisis saat ini.
Di Jakarta saja
telah ada sebanyak 162,416 pekerja telah di-PHK dan dirumahkan tanpa upah
sebagai imbas COVID-19. Situasi krisis saat ini bisa jadi membuat pengusaha
tidak punya pilihan lain selain melakukan PHK karena mereka harus menekan biaya
operasional besar-besaran. Namun Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan sudah menegaskan bahwa PHK seharusnya menjadi langkah terakhir
yang ditempuh. Sebelum melakukan PHK, UU Ketenagakerjaan mengatur bagaimana
pengusaha, buruh, serikat buruh, dan pemerintah harus bekerja sama agar tidak
terjadi PHK.
Opsi PHK bisa jadi langkah terakhir yang akan ditempuh.
Langkah ini menjadi situasi buruk terutama bagi pekerja. PHK akan berdampak
sangat serius pada perekonomian keluarga pekerja. Di sisi lain, pengusaha juga
dalam posisi yang sulit karena harus memenuhi kewajiban bagi karyawan yang
mengalami PHK.
Tugas pemerintah dan kita dalam menyelesaikan pandemi
COVID-19 ini masih panjang. Penyelamatan warga dan menekan penyebaran virus
menjadi fokus utama saat ini. Kita berharap pandemi COVID-19 ini bisa segera
teratasi dengan tuntas sehingga pemerintah dengan dukungan semua pihak bisa
segera memulihkan ekonomi.
Generasi millenial sudah sering kali terdengar dan
sudah tidak asing saat ini. Yang biasa disebut Generasi Millenial adalah generasi
yang lahir ditahun 1980 sampai tahun 2000'an. Millenial selalu berkaitan dengan
teknologi dan menjadi sorot utama pada saat ini, baik di media maupun di masyarakat.
Disebut berkaitan dengan teknologi karena generasi ini open minded terhadap teknologi.
Peran generasi millenial ini sangat besar di era digital, dengan kecanggihan smartphone
mereka sudah bisa membuat berbagai konten dan bisa mengakses apa saja dengan mudah.
Dengan ide-ide kreatif, mereka bisa memulai karirnya menjadi content creator, youtuber,
dan juga membuka onlineshop. Sering kali banyak dari mereka yang sukses berkat kemajuan
teknologi saat ini.
Berbicara mengenai kemajuan teknologi, Di era millenial
ini majalah sudah bisa berbasis online atau yang biasa disebut dengan "Online
Magazine" majalah ini tidak menggunakan bahan kertas melainkan dalam bentuk
file yang dapat di akses dengan mudah oleh masyarakat melalui internet.
Dalam penggunaan teknologi kita juga harus bisa
memilih dan memilah konten yang benar. Namun masih sering kita jumpai masih banyak
orang yang menyalah gunakan penggunaan teknologi. Misalnya dengan mengakses konten
yang tidak benar yang bisa berdampak buruk tidak hanya pada dirinya melainkan bisa
merugikan orang lain. Oleh karena itu sebagai generasi bangsa yang cerdas kita harus
bisa memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik dan mengembangkan ide-ide kreatif
dengan kemudahan teknologi yang ada.
Saat ini Indonesia sudah memasuki revolusi industri
4.0 yang mana seluruh kegiatan kita sehari-hari sudah terintegrasi oleh IT. Layaknya
sebuah kewajiban, internet saat ini pun tak lepas dari genggaman kita, khususnya
generasi millenial indonesia.
Berdasarkan penetrasi penggunaan internet oleh APJII
pada tahun 2017 menunjukkan 143,26 juta jiwa atau 54,7% penduduk Indonesia adalah
pengguna internet, dengan komposisi pengguna terbanyak ada di rentang usia 18-34
tahun sebesar 49,52%. Internet tidak melulu membahas mengenai penggunaan media sosial
sebatas facebook, instagram ataupun twitter, namun internet juga mampu beralih fungsi
menjadi "ladang rupiah" bagi siapapun yang piawai dan kreatif menggunakannya.
Ya! Salah satunya adalah E-commerce atau electronic
commerce. Menurut Loudon (1998), e-commerce merupakan kumpulan teknologi, aplikasi,
dan bisnis yang menghubungkan perusahaan atau perseorangan sebagai konsumen untuk
melakukan transaksi elektronik, pertukaran barang, dan pertukaran informasi melalui
internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya.
Membahas mengenai e-commerce di dunia ekonomi digital,
tentu kita tidak bisa terlepas dengan yang namanya IT, kebutuhan hidup yang setiap
hari meningkat, keinganan setiap orang untuk melakukan segala sesuatu hal dengan
praktis dan tentunya penekanan harga yang ingin jauh lebih murah agar menciptakan
daya tarik penjualan agar bisa menjangkau semua kalangan.
Pertumbuhan industri e-commerce justru semakin pesat
di tengah perlambatan laju ekonomi tanah air, potensi industri e-commerce di Indonesia
memang tidak dapat dipandang sebelah mata. Ada sekitar 93,4 juta pengguna internet
dan 71 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia. Tak hanya sekedar untuk
mencari informasi dan chatting, masyarakat di kota-kota besar kini menjadikan internet
terlebih lagi e-commerce sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Perilaku konsumtif
dari puluhan juta orang kelas menengah di Indonesia menjadi alasan mengapa e-commerce
di Indonesia akan terus berkembang.
Berbicara mengenai industri ini memang tidak semata
membicarakan jual beli barang dan jasa via internet. Tetapi ada industri lain yang
terhubung di dalamnya. Seperti penyediaan jasa layanan antar atau logistik, provider
telekomunikasi, produsen perangkat pintar, dan lain-lain. Hal inilah yang membuat
industri e-commerce harus dikawal agar mampu mendorong laju perekonomian nasional.
Solusi agar mampu memimpin generasi millenial dengan
tepat, sekarang kita kaji empat cara untuk membangkitkan potensi mereka. Cara ini
adalah bagian dari teknik memimpin generasi yang terkenal sangat inovatif dan kreatif
tersebut. Empat cara itu tak lain adalah empat teknik memimpin yang harus dipahami
dan dikuasai para leader generasi X dan Y dalam mengembangkan Generasi Z mencapai
kinerja yang diharapkan, yaitu mampu dan mau berkontribusi, dan lebih penting lagi
mau terus berprestasi bersama korporasi.
Cara pertama adalah, bangkitkan dengan
cara encouraging ideas atau mendorong menyampaikan ide-ide kreatif dan inovatif-nya.
Ingat generasi milenial sangat loyal terhadap kepentingan, jadi jika sanggup bersinergi
dengan Kepentingan, maka percayalah mereka akan stay and stand strong dengan Anda.
Ini terbukti secara efektif akan meningkatkan motivasi, karena mereka merasa sangat
dihargai dan sangat dilibatkan.
Selesai
menjalankan bulan Puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1441 H, tahun 2020
ini puasa dan lebaran terlihat berbeda dengan sebelumnya. Sebab, itu adanya
pandemi Covid-19, masyarakat di tempat tinggalnya tidak bisa menikmati hari
kebahagian seperti buka bersama bersama dengan keluarga dan teman hingga mudik
juga dilarang yang diterapkan pemerintah sebagai untuk mengantisipasi
masyarakat dalam pencegahan penularan wabah Covid-19.
Mudik
ini suatu keharusan yang menjadi setiap tradisi bangsa Indonesia, yang
dilakukan keluarga, kerabat maupun teman-teman sehingga sekarang ini banyak di
antara kita keterkaitan mudik di larang oleh pemerintah yang di berlakukan
sejak 24 April 2020 lalu. Ada juga di antara kalangan lain tidak menerima hal
ini, sontak membuat banyak orang yang protes keras.
Mereka
sangat kecewa, mengapa pemerintah melarang hak pribadi seperti ini? Padahal,
mudik hanya dilakukan setahun sekali. Pemudik juga ngotot ingin pulang kampong,
setiap orang merasa kerinduan berjumpa dengan sanak keluarga untuk
bersilaturahmi atau berhubungan sosial dengan yang lainnya.
Keputusan
Jokowi atas larangan mudik lebaran ini juga telah direspon oleh kepala
daerah di Indonesia, salah satu Gubernur
Sumatera Utara, Edy Rahmayadi memberikan imbauan kepada warga Sumut terkait
larangan mudik yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Imbauan ini
dilansir pada kanal Youtobe resmi miliki Humas Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara.
Dalam
video tersebut, Edy Rahmayadi menyampaikan warga Sumut tidak melakukan
perjalanan baik itu keluar atau masuk ke Sumut dalam rangka mudik lebaran. Hal
ini bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19yang kini semakin
merebak luas.“Saya mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudik, baik itu
keluar atau masuk ke Sumatera Utar,”ujarnya
Nah,
Indonesia sedang dalam keadaan kritis atau terkena Covid-19. Maka untuk tahun
ini mudik untuk segala kalangan pertimbangan
untuk tidak diperbolehkan mudik. Ada berita pernah saya baca salah satu
pendapat bahwa harusnya pemerintah harus bersikap tegas terkait larangan mudik ini.
Hendaknya
warga Indonesia bertindak dengan bijak, di tengah pandemi Covid-19 kita harus
mematuhi anjuran untuk stay at home, menaati PSBB dan menuruti untuk tidak
mudik lebaran. Bukanya mengatur tapi larangan ini juga demi kebaikan sendiri
untuk saat ini guna mencegah penyebaran virus corona , ada hal baiknya semua
kegiatan harus dibatasi apa lagi masalah kegiatan yang lainnya dapat
mengumpulkan massa sesuai dengan hukum yang berlaku.
Oleh
karena itu, sebagai pengganti mudik anda bisa melakukan dengan video call untuk
berminta maaf-maafan bersama orangtua dan kerabat nan jauh disana. Manfaatkan
teknologi ini untuk silaturahmi secara online. Mereka pasti memaklumi, mengapa
kita semua tidak bisa mudik lebaran tahun ini. Aturan dari pemerintah untuk
tidak pulang kampong hendaknya kita harus ditaati, demi keamanan bersama. Kita
bersama melawan corona dengan cara berdiam diri di rumah memakai masker non
medis, menjaga kebersihan, makanan bergizi dan jaga jarak ketika terpaksa harus
keluar untuk berbelanja.
Jadi,
jangan sampai saat mudik jadi menderita karena terkena virus Covid-19 dan
bahkan menularkan banyak orang di kampong halaman. Pemerintah sangat
memperhatikan kesehatan dan keselamatan rakyatnya. Maka, bersabarlah untuk
tidak mudik hanya lebaran tahun ini dan menaati aturan yang berlaku. Semua
larangan ini demi keamanan sendiri dan keluarga agar tidak terjangkit
corona.
-oleh: Yossi Zulmis Sandra
Virus corona menjadi topik terhangat
sejak awal bulan Januari 2020. Virus ini mendadak menjadi teror mengerikan bagi
masyarakat di seluruh dunia, terutama setelah merenggut nyawa ratusan orang
hanya dalam waktu dua pekan. Virus ini terus mencari mangsa dan sementara
obatnya hingga saat ini belum ditemukan. Dilansir dari Asian Nikkei Review,
berita tersebut langsung meresahkan warga Tiongkok yang akan melakukan
perjalanan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek pada 25 Januari
2020. Virus ini terasa semakin menakutkan bagi warga karena berkaitan dengan
Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) yang pernah menewaskan hampir 650 orang di
Tiongkok dan Hong Kong pada tahun 2002 dan 2003.
Awal mula penyebaran virus jenis
baru yang tengah menyerang masyarakat dunia saat ini, dalam istilah kedokteran
disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV). Tim peneliti dari
Universitas Cambridge, Inggris yang menyelidiki asal virus telah menganalisis
sejumlah besar strain dari seluruh dunia dan menghitung bahwa awal mula wabah
terjadi antara 13 September dan 7 Desember 2019. Virus ini diketahui pertama
kali muncul di pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan. Dilaporkan kemudian
bahwa banyak pasien yang menderita virus ini dan ternyata terkait dengan pasar
hewan dan makanan laut tersebut. Orang pertama yang jatuh sakit akibat virus
ini juga diketahui merupakan salah satu pedagang di pasar itu.
Michelle Roberts and James Gallager
mengatakan, di pasar grosir hewan dan makanan laut tersebut dijual hewan liar
seperti ular, kelelawar, dan ayam. Mereka menduga virus corona baru ini hampir
dapat dipastikan berasal dari ular. Diduga pula virus ini menyebar dari hewan
ke manusia, dan kemudian dari manusia ke manusia."Virus ini mungkin telah
bermutasi menjadi bentuk yang "efisien menginfeksi manusia" sejak
berbulan-bulan yang lalu, tetapi virus ini tetap tinggal di tubuh kelelawar
atau hewan lain atau bahkan manusia selama beberapa bulan tanpa menulari orang
lain," kata Peter Forster, pakar genetik dari Universitas Cambridge.
Asal mula masuknya virus Covid-19 di Indonesia
Pengumuman resmi dari pemerintah
bahkan diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo bahwa virus corona telah
masuk ke Indonesia, setelah pertama kali virus ini muncul pada Desember 2019.
Dua orang dinyatakan positif terjangkit virus corona atau Covid-19 dan kini
sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso
di Jakarta Utara. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjelaskan, kedua
orang itu merupakan perempuan berusia 64 dan 31 tahun yang memiliki hubungan
ibu dan anak. Keduanya diketahui terkena infeksi virus tersebut setelah
melakukan kontak dengan seorang warga negara Jepang yang berdomisili di
Malaysia dan sebelumnya sempat bertemu di Indonesia. Saat itu, keduanya hanya
diminta untuk rawat jalan. Kemudian, pada 26 Februari mereka meminta untuk
rawat inap karena merasa batuknya tidak kunjung reda. "Tanggal 28
ditelepon sama teman dansanya itu, bahwa dia di Malaysia, orang Jepangnya tadi,
dengan corona positif," ucap Terawan. Setelah itu, statusnya ditingkatkan
dari orang yang dirawat dengan pengawasan (ODP) menjadi pasien dalam pemantauan
(PDP).
Keberadaan Covid-19 yang mematikan
ini telah banyak menyita perhatian dunia. Ada yang menanganinya dengan sangat
serius, ada pula yang seolah-olah tak mau tahu, tapi karena hari demi hari
penyebarannya semakin banyak, maka langkah konkret yang harus ditempuh sebagai
antisipasi adalah membangun kerja sama yang baik dengan keluarga, rekan kerja,
dan pihak pihak terkait. Penyakit Covid-19 telah menggerakkan para kepala
negara untuk cepat tanggap dan peduli atas keselamatan rakyatnya. Hal ini dapat
kita lihat dari berbagai pengumuman untuk meliburkan sekolah, meniadakan kuliah
tatap muka, larangan terlibat dalam keramaian, termasuk larangan ke luar
negeri, baik untuk umrah, rekreasi, ataupun hanya untuk kunjungan biasa.
Peraturan atau kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah tentu sangat berpengaruh terhadap segala sektor,
termasuk perekonomian dan kehidupan sosial dalam masyarakat. Berdasarkan
informasi di media ini beberapa hari lalu bahwa lebih kurang 50 juta orang
terancam kehilangan pekerjaan akibat dampak dari pandemi virus corona
(Covid-19), sulit untuk dibayangkan bila terjadi pengangguran maka masalah
sosial akan terus bermunculan. Namun, semua itu perlu digaris bawahi bahwa apa
pun yang dilakukan pemerintah adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap
rakyatnya, karena mencegah itu lebih baik daripada mengobati.
Pengaruh virus Covid-19 terhadap masyarakat
Selain itu, dampak pengaruh virus
corona (Covid-19) dalam kehidupan sosial masyarakat, di antaranya adalah timbulnya rasa curiga dan
hilangnya kepercayaan terhadap orang-orang yang ada di seputaran kita atau yang
baru kita kenal. Sebagai contoh pada saat kita membeli makanan, baik di warung
yang berlabel maupun kaki lima kita pasti akan mencari tahu apakah bersih atau
tidak. Apakah pelayan ada bersentuhan dengan orang yang terjangkit virus atau
tidak, adakah petugas atau pelayan yang mencuci tangan pada saat mengolah atau
memproses makanan yang kita pesan atau tidak, sehingga timbul keraguan. Virus
corona (covid-19) telah melumpuhkan perekonomian dunia, termasuk Indonesia,
sebagaimana terlihat dalam kehidupan sehari-hari di kalangan menengah ke bawah
seperti pedagang kelontong, penjual ikan, dan pedagang sayur. Mereka merasakan
menurunnya daya beli masyarakat karena ketidaknyamanan para konsumen dalam
berbelanja.
Lain lagi kisah seorang sopir yang
biasanya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi dengan merebaknya kasus
virus corona ini masyarakat enggan menggunakan transportasi umum. Imbauan
pemerintah untuk lockdown atau karantina mandiri di rumah masing-masing dengan
meliburkan aktivitas tatap muka di sekolah, perguruan tinggi, dan perkantoran
tidak semua mematuhinya, bahkan ada yang menggunakan waktu karantina mandiri
untuk menikmati liburan. Hal ini tentu menjadi masalah bukan hanya untuk diri
sendiri, tetapi juga masyarakat, maka sangat dibutuhkan kesadaran akan
keselamatan diri dan lingkungan.
Sejak diberlakukannnya peraturan
tidak dibenarkan ada kumpulan keramaian seperti di masjid, maka hampir semua masjid
pada saat shalat berjamaah hanya beberapa orang yang hadir, sehingga masjid
tampak sepi. Situasi ini menimbulkan kegelisahan, apakah semua larangan yang
telah ditetapkan semuanya bermanfaat? karena di satu sisi sebagai umat Islam,
apabila di masjid tidak ada lagi orang
yang shalat berjamaah, tidak ada lagi
pengajian, tidak terdengar lagi zikir,
maka tanpa sadar kita telah meninggalkan modal menuju akhirat. Bukankah
dengan adanya musibah kita seharusnya semakin memenuhi masjid untuk berzikir
dan berdoa?
Kegiatan yang dilaksanakan di
masjid tentu bagi yang merasa dirinya
sehat dan untuk pencegahan virus corona ini bila perlu pemerintah juga memasang
alat pengukur suhu tubuh ketika memasuki masjid. Menghadapi musibah Covid-19
bukan hanya para medis yang berperan, tetapi juga hendaknya pemerintah mengajak
para ulama dan pemuka agama untuk ikut berperan aktif, sehingga masyarakat
merasa tenang dan tidak dihantui oleh berita-berita yang menakutkan.Peran serta
keluarga dengan memberikan pemahaman dan penanganan yang baik kepada anggota
keluarga menjadi faktor utama dalam keberhasilan pencegahan Covid-19.
Selain Indonesia, imbauan untuk
melakukan social distancing juga telah diterapkan banyak negara yang terdapat
kasus COVID-19. Meskipun dinilai baik untuk memutus persebaran virus corona,
nyatanya social distancing memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan
mental. Dilansir dari American
Psychological Association, social
distancing dan karantina mandiri di
rumah seringkali menyebabkan dampak negatif seperti ketakutan dan rasa cemas,
depresi dan mudah bosan terhadap suatu hal, mudah marah dan frustasi, takut
terhadap stigma yang ada pada masyarakat.
Menjaga kesehatan mental selama karantina di rumah