PANDEMI COVID-19, APA KABAR PENDIDIKAN INDONESIA?

by - July 04, 2020


cr image: google.com

Seperti yang diketahui, saat ini dunia sedang dilanda virus mematikan, virus ini disebut dengan virus Corona (Covid-19). Virus Corona adalah virus menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut. Pandemi wabah ini bermula pada bulan Desember 2019 di Wuhan, China. Dan mulai sejak itu penyebaran virus secara global terjadi keseluruh dunia termasuk di Indonesia dan sedang dirasakan sampai detik ini.

Di Indonesia sendiri virus Corona mulai menyerang sejak bulan Maret 2020 kemarin. Saat itu Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pasien 01 dan 02 telah terindikasi virus Corona. Dan setelahnya, pada 12 Maret 2020 WHO mengumumkan bahwa virus Corona menjadi wabah pandemi global.

Keadaan Indonesia sungguh chaos. Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah, mulai dari mengeluarkan himbauan (oleh pemerintah pusat hingga daerah), mendatangkan alat test virus Corona, pembatasan zona masuk baik dalam maupun luar negeri- dari laut ataupun udara, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di ibukota menyusul di daerah, menutup mall hingga tempat ibadah, himbauan belajar serta bekerja dari rumah, dan upaya-upaya lain dilakukan agar pandemi cepat berlalu.

Penurunan ekonomi pun tak terhindarkan. Banyak pekerja yang di PHK sehingga menambah angka pengangguran dan kemiskinan. Sementara itu, dunia pendidikan juga kacau balau, sekolah dan universitas dihimbau untuk melanjutkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dari rumah melalui daring (online). Tentu saja banyak keluhan yang terjadi selama penerapan sistem ini. Keluhan ditiadakannya kegiatan KBM secara tatap muka hingga penerapan sistem daring yang rencananya akan memakan waktu yang sangat lama membuat banyak guru, dosen, siswa dan mahasiswa memutar otak agar dapat tercipta kegiatan KBM yang nyaman.

Namun disatu sisi, pemanfaatan daring ini justru memberi warna baru dalam sistem pendidikan Indonesia yang selama ini masih terkesan monoton. Menuntut guru dan siswa agar selalu kreatif dan inovatif menciptakan metode-metode mengajar yang baru meskipun harus belajar dari rumah sambil berupaya memutus rantai penyebaran virus Corona.

Memanfaatkan sistem daring berarti berbicara tentang yang ada didalamnya, salah satunya aplikasi pendukung. Dengan adanya aplikasi menjadikan KBM dapat berjalan dengan sangat cepat. Tetapi kurangnya adalah, materi yang disampaikan oleh pendidik tidak tersampaikan sepenuhnya seperti saat KBM dengan tatap muka.

Seperti yang sudah disinggung diatas, banyak keluhan yang terjadi ketika sistem ini diterapkan. Akses jaringan yang tidak memadai juga belum semua tenaga pendidik terampil dalam upaya pengaplikasian sistem ini. Masih banyak problem yang terkait dengan metode pembelajaran daring ini.

Contohnya, dikutip dari www.uii.ac.id (dalam sebuah artikel “Realita Pendidikan Indonesia di Masa Pandemi) dikatakan bahwa pembelajaran sistem daring ini menghadirkan masalah yang berbeda-beda. Menurut Nanik (masih dalam artikel yang sama) ia menyampaikan bahwa ada seorang guru negeri ditempatkan di tempat yang jauh, tidak ada listrik dan hampir semua orang tua siswa berpikir lebih baik anaknya membantu mereka bekerja dari pada harus bersekolah. Tentu ini menjadi hal yang sangat miris, karena penerapan sistem ini dianggap “libur panjang” padahal seharusnya teteap belajar dari rumah. Yang seperti ini selayaknya menjadi perhatian pemerintah.

Sitem pembelajaran daring ini merupakan bentuk implementasi dari sosial distancing dan physical distancing yang diterapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah guna mencegah semakin menyebarnya virus Corona keberbagai titik. Agar semuanya dapat kembali normal seperti semula.

Secara tidak langsung, penerapan sitem daring ini menimbulkan dua keuntungan: Pertama, pemerintah harus bisa dan selalu menyiapkan infrastruktur sebagai pendukung kelas online yang diperlukan. Kedua, banyak ahli yang dapat mendedikasikan temuannya baik berupa software aplikasi sebagai sarana pendukung sitem belajar daring ini.

Oleh karenanya, dimulai dari diri sendiri, harus mau terus belajar agar memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi. Ada banyak aplikasi pendukung yang dapat diakses selama penerapan kelas online ini, dan tentunya harus mempunyai jaringan internet untuk mengaksesnya.

Aplikasi-aplikasi tersebut antara lain, WhatsApp Grup, Google Classroom, Zoom, Jitsi Meet, Ruang Guru, Line, Instagram, Telegram, Schoology dan lain sebagainya. Dari masing-masing aplikasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Salah satu aplikasi yang populer digunakan oleh tenaga pendidik adalah WhatsApp Grup dan Google Classrom.

WhatsApp grup dipilih karena praktis serta aksesnya yang cepat dan mudah. Biasanya tenaga pendidik akan mengirimkan tugas via WhatsApp Grup, tugas bisa berbentuk dokumen, pdf, atau lainnya yang kemudian dapat di unduh oleh siswa/mahasiswa. Bisa juga berdiskusi via grup, mengirim materi ke grup dan akan ditanggapi oleh peserta yang lain. Fitur lainnya yang dapat digunakan adalah pesan suara, jadi memudahkan jika ingin memberikan penjelasan materi yang terlampau panjang.

Selanjutnya, google classroom. Aplikasi keluaran google satu ini bisa digunakan oleh tenaga pendidik dengan hanya membuat golongan kelas sesuai dengan banyaknya kelas yang diajar. Tenaga pendidik akan memberikan tugas yang nantinya juga dapat langsung dikirim dengan cepat apabila sudah selesai dikerjakan. Pengiriman bisa berbentuk dokumen hingga format .jpg

Dengan segala kemelut yang terjadi menimpa dunia pendidikan Indonesia sejak pandemi ini sudah sepatutnya kita mulai belajar lagi, tenaga pendidik dan yang di didik sama-sama belajar. Memanfaatkan fasilitas meski terbatas. Mulai munculkan inovasi agar ada pembaruan setiap hari. Karena mau tak mau teknologi akan semakin canggih kedepannya. Juga, semoga pandemi ini semoga segera berakhir sehigga bisa beraktiftas seperti sedia kala.

-oleh: Syiva Arziah

You May Also Like

0 Comments