Suara Hati dari Tagar Indonesia Terserah
Virus
Covid-19 sudah masuk ke Indonesia dari awal bulan Februari, setiap hari pemerintah mengumumkan akumulasi ODP dan PDP,
baik yang sudah beres proses pemantauan maupun tengah diawasi. Kata “Indonesia Terserah” masih ramai diperbincangkan
khalayak. Bahkan, tanda pagar atau tagar “Indonesia Terserah” sempat menjadi
salah satu tren di berbagai media sosial.
Ungkapan yang menunjukkan kekecewaan warganet terhadap penanganan
virus Covid-19 di Indonesia yang membanjiri mobil ada dengan tagar tersebut
yang menilai pemerintah belum secara maksimal menanggulangi wabah Covid-19, sehingga
masyarakat mulai menghiraukan imbauan dari pemerintah lagi.
Minimnya kesadaran masyarakat saat ini semakin lama semakin tinggi
terhadap kondisi sekarang yang telah mengumumkan untuk melonggarkan
penerapan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB). Mal yang ada di beberapa kota juga mulai kembali beroperasi dan
pasar-pasar langsung ramai didatangi oleh masyarakat.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo
menanggapi tagar “Indonesia Terserah” yang viral di media sosial. Dikabarkan,
tagar “Indonesia Terserah” merupakan bentuk curhatan para dokter terhadap
kondisi Indonesia di tengah Pandemi Covid-19,
Awal mula dari tagar Indonesia Terserah ini melalui video yang
diunggah oleh tenaga medis yang masih berseragam Alat Pelindung Diri (APD)
lengkap di dalam rumah sakit pun menjadi perbincangan karena mereka menuliskan
kalimat terserah dalam video itu.
Tagar “Indonesia Terserah” yang dilontarkan oleh tenaga medis kini
menjadi viral lantaran masyarakat dan pemerintah seolah-olah tidak peduli lagi
dengan keadaan serta upaya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk
menekan penyebaran virus Covid-19.
Pemerintah mulai bersiap menghadapi kehidupan baru dengan menata
perekonomian yang semakin lama semakin terpuruk. Lalu, bagaimana kondisi
Indonesia saat ini? Benarkah kita sudah melewati fase kritis penyebaran
Covid-19? Atau kita hanya sekadar ingin mengabaikannya saja?
Dokter spesialis penyakit dalam Dr. Andi Khomeini Takdir Haruni,
SpPD(K) angkat bicara. Ia mengaku merasa bersyukur karena tagar tersebut
memberikan nilai yang positif serta tanggapan yang baik untuk kesadaran
masyarakat tentang bahayanya wabah Covid-19.
Ia juga bersyukur karena
tagar itu ternyata bisa membuat beberapa orang tersadar dan kembali disiplin
untuk menerapkan protokol kesehatan pada diri sendiri, meskipun belum semua
masyarakat yang sadar tetapi salah satu dari mereka mungkin bisa membantu untuk
menyadarkan orang-orang di sekitarnya.
Selama ini para dokter, perawat, serta petugas medis telah
menyampaikan banyak sekali imbauan dan edukasi kepada masyarakat tentang
bahayanya Covid-19. Namun, rupanya upaya tersebut belum mampu membuahkan hasil
yang maksimal kepada masyarakat.
Andi juga menilai bahwa tagar ini merupakan bentuk apresiasi dari
petugas medis yang merasa sedikit lelah, tetapi tidak menyerah dan tetap
memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat dan juga banyak yang
tertarik dan merepresentasikannya, jadi banyak orang yang bikin tagar
“Indonesia Terserah”.
Ia pun berpesan kepada masyarakat agar mengambil sisi positif dari
kehadiran tagar tersebut, seperti tetap memakai masker dan melakukan physical distancing. Dan juga masyarakat
tetap terus melakukan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan, karena itu
untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tersebut sangat
berharap agar kalangan dokter tidak kecewa dan juga tak putus asa terhadap
kondisi Indonesia saat ini. Sebab, para dokter merupakan ujung tombak serta
garda terdepan dalam penanganan Covid-19.
Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia diperkirakan tiga kali
dari data kematian yang dirilis oleh Pemerintah Indonesia setiap hari. Menurut
panduan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kematian Covid-19 yang
dilaporkan harus pula mencakup orang-orang yang meninggal dunia dengan gejala
klinis diduga Covid-19.
Negara ini hanya sanggup memeriksa 0,6 orang per 1.000 penduduk.
Di region Asia Tenggara, Indonesia bahkan tertinggal jauh dari negeri jiran
Malaysia yang memeriksa 13 orang. Jadi, bisakah kita abaikan suara para tenaga
medis lewat tagar "Indonesia Terserah"?
0 Comments