Suara Hati dari Tagar Indonesia Terserah

by - July 04, 2020


cr image: google.com


Virus Covid-19 sudah masuk ke Indonesia dari awal bulan Februari, setiap hari pemerintah mengumumkan akumulasi ODP dan PDP, baik yang sudah beres proses pemantauan maupun tengah diawasi. Kata “Indonesia Terserah” masih ramai diperbincangkan khalayak. Bahkan, tanda pagar atau tagar “Indonesia Terserah” sempat menjadi salah satu tren di berbagai media sosial.

Ungkapan yang menunjukkan kekecewaan warganet terhadap penanganan virus Covid-19 di Indonesia yang membanjiri mobil ada dengan tagar tersebut yang menilai pemerintah belum secara maksimal menanggulangi wabah Covid-19, sehingga masyarakat mulai menghiraukan imbauan dari pemerintah lagi.

Minimnya kesadaran masyarakat saat ini semakin lama semakin tinggi terhadap kondisi sekarang yang telah mengumumkan untuk melonggarkan penerapan  Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mal yang ada di beberapa kota juga mulai kembali beroperasi dan pasar-pasar langsung ramai didatangi oleh masyarakat.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo menanggapi tagar “Indonesia Terserah” yang viral di media sosial. Dikabarkan, tagar “Indonesia Terserah” merupakan bentuk curhatan para dokter terhadap kondisi Indonesia di tengah Pandemi Covid-19,

Awal mula dari tagar Indonesia Terserah ini melalui video yang diunggah oleh tenaga medis yang masih berseragam Alat Pelindung Diri (APD) lengkap di dalam rumah sakit pun menjadi perbincangan karena mereka menuliskan kalimat terserah dalam video itu.

Tagar “Indonesia Terserah” yang dilontarkan oleh tenaga medis kini menjadi viral lantaran masyarakat dan pemerintah seolah-olah tidak peduli lagi dengan keadaan serta upaya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus Covid-19.

Pemerintah mulai bersiap menghadapi kehidupan baru dengan menata perekonomian yang semakin lama semakin terpuruk. Lalu, bagaimana kondisi Indonesia saat ini? Benarkah kita sudah melewati fase kritis penyebaran Covid-19? Atau kita hanya sekadar ingin mengabaikannya saja?

Dokter spesialis penyakit dalam Dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD(K) angkat bicara. Ia mengaku merasa bersyukur karena tagar tersebut memberikan nilai yang positif serta tanggapan yang baik untuk kesadaran masyarakat tentang bahayanya wabah Covid-19.

 Ia juga bersyukur karena tagar itu ternyata bisa membuat beberapa orang tersadar dan kembali disiplin untuk menerapkan protokol kesehatan pada diri sendiri, meskipun belum semua masyarakat yang sadar tetapi salah satu dari mereka mungkin bisa membantu untuk menyadarkan orang-orang di sekitarnya.

Selama ini para dokter, perawat, serta petugas medis telah menyampaikan banyak sekali imbauan dan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya Covid-19. Namun, rupanya upaya tersebut belum mampu membuahkan hasil yang maksimal kepada masyarakat.

Andi juga menilai bahwa tagar ini merupakan bentuk apresiasi dari petugas medis yang merasa sedikit lelah, tetapi tidak menyerah dan tetap memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat dan juga banyak yang tertarik dan merepresentasikannya, jadi banyak orang yang bikin tagar “Indonesia Terserah”.

Ia pun berpesan kepada masyarakat agar mengambil sisi positif dari kehadiran tagar tersebut, seperti tetap memakai masker dan melakukan physical distancing. Dan juga masyarakat tetap terus melakukan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan, karena itu untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tersebut sangat berharap agar kalangan dokter tidak kecewa dan juga tak putus asa terhadap kondisi Indonesia saat ini. Sebab, para dokter merupakan ujung tombak serta garda terdepan dalam penanganan Covid-19.

Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia diperkirakan tiga kali dari data kematian yang dirilis oleh Pemerintah Indonesia setiap hari. Menurut panduan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kematian Covid-19 yang dilaporkan harus pula mencakup orang-orang yang meninggal dunia dengan gejala klinis diduga Covid-19.

Negara ini hanya sanggup memeriksa 0,6 orang per 1.000 penduduk. Di region Asia Tenggara, Indonesia bahkan tertinggal jauh dari negeri jiran Malaysia yang memeriksa 13 orang. Jadi, bisakah kita abaikan suara para tenaga medis lewat tagar "Indonesia Terserah"?

-oleh: Siti Chairunisa

You May Also Like

0 Comments